Hi guyssss! I’m still alive and well alhamdulillah dan aku bakal pakai postingan pertama di blog ini setelah berjuta tahun lamanya untuk membahas hal yang menjadi obsesiku selama lebih dari setahun terakhir yaitu… personal color analysis! So this is like a brain dump for me since it’s been staying in my head for so long.
Personal color analysis atau yang biasa dipanggil color analysis ini aku temukan ketika melihat reels ini:
Pertamanya sih memang gemes aja gitu lihat warna warni. Tapi setelah dilihat.. Waw ternyata memang ada efeknya sampai yang kanan bawah terlihat seperti ada cahaya yang berbeda dari yang lain. Kalau dari pengakuan pemilik reels sih pemotretan masing-masing hanya berbeda beberapa menit (karena harus ganti lipstik).
Sehabis itu aku lihat-lihat reels yang mirip dan ternyata memang ada yang namanya personal color analysis! Sebagai orang yang selalu mencari a place where I belong, ku jadi bertanya-tanya, apakah ini yang ku cari? Warna-warni yang harmonis dengan kulitku?
Sejarah
Personal color analysis diketahui dimulai di negara-negara Eropa dan Amerika dari tahun 1850–awal 1970an. Seperti kita tahu, white people punya banyak variasi warna kulit, rambut, dan warna mata. Warna mata mereka ada hijau, biru, abu, hazel, hingga kekuningan. Rambut juga ada berbagai spektrum coklat, pirang, dan merah. Berbeda dengan orang Indo yang paling banter coklat muda (baik mata maupun rambut) atau mungkin agak pirang kalau memang keturunan white. Apalagi pada saat yang sama, mereka lagi berada di jaman kolonialisme dan tentunya analisis warna menjadi hal terakhir yang dibutuhkan. Tidak heran, hingga revival di tahun 2022-2023 ini personal color analysis ini sangat white-centrist.
Sejarah lebih panjangnya ada di sini tapi aku pilih yang pernah aku baca/lihat juga di akun Carol Brailey, color analyst yang ada di Instagram. Carol pernah membahas sejarah color analysis yang berawal dari pelukis Swiss, Johannes Itten, yang juga menulis The Art of Color yang membahas warna dengan lebih komprehensif. Penjelasan singkatnya ada di tiktok berikut:
Jadi TLDR-nya, warna yang memiliki sifat yang sama (yang biasanya disebut sebagai season/musim) akan terlihat harmonis dan saling enhance, dan bukannya saling meredupkan. Karena itu, sebelum lebih jauh bahas personal color analysis, yuk kita bahas teori warna supaya kita kenal lebih jauh sifat-sifat warna.
Teori warna
Setelah riset kecil-kecilan di Wikipedia tentang warna, jadi tahu ternyata warna itu kompleks dan menarik banget! Apalagi dulu sering jadi desainer poster, jadinya semacam connecting the dot dengan pengetahuan yang pernah kudapat. Rasanya pengen baca semuanya, tapi harusnya kita cukup bahas dari beberapa atribut/sifat warna:
- Hue (basic color), yang membagi 2 undertone warna yaitu warm (undertone kuning) vs cool (undertone biru)
- Chroma (saturation, color intensity), yang membagi warna dari bright (pure colors) hingga soft (pure colors ditambah abu)
- Value (lightness), yang membagi warna dari terang/light (mendekati putih) hingga gelap/dark (mendekati hitam)
Ilustrasinya bisa dilihat di bawah:
Ilustrasi macam-macam warna sesuai dengan sifatnya (simplified) dengan mengambil contoh warna ungu. Warna ungu merupakan campuran dari merah dan biru. Warna ungu yang termasuk warm akan condong ke kemerahan, semenara yang cool akan cenderung kebiruan. Semua contoh warna diambil dari True Color International.
Lalu, jelas juga kalo kulit kita juga berpigmen yang berpengaruh kepada warna kulit. Warna kulit yang biasa kita sebut “putih” juga berbeda antara “putih” bule dan “kuning langsat”. Kulit gelap juga bukan hanya sekadar sawo matang. Kalau dari sisi medis, ada tiga pigmen utama yang menentukan warna kulit: “Melanin, yang memberikan warna coklat; carotene untuk warna kulit kuning/oranye; dan hemoglobin memberikan warna merah ke darah dan pink ke kulit….Tiga pigmen ini bercampur dan menghasilkan warna kulit kita.” (Sumber: Deborah Chase, The Medically Based No Nonsense Beauty Book (1975))
TLDR: Warna kulit kita pasti memiliki ketiga sifat di atas (hue/undertone, chroma, dan value).
Personal color analysis aka analisis warna personal
Disclaimer dulu!
Seasonal color analysis ini tidak berlaku untuk si pede yang selalu tampil cakep. Percaya deh, pede mengalahkan segalanya. Mau pakai warna apapun, dia akan tampil menawan. Color analysis juga pastinya tidak akan berlaku bagi yang merasa bahwa hal ini “membatasi diri”.
Kalau ada yang merasa terpanggil dengan deskripsi di paragraf atas, FYI aja bahwa ada tipe-tipe orang sebagai berikut:
- Tipe orang yang kebingungan dengan kebanyakan pilihan warna baju dan makeup–decision fatigue is real!
- Tipe orang yang capek milih warna baju dan makeup ini itu tapi kecewa sendiri sama pilihannya walau ga tau kenapa, dan akhirnya ga kepake alias buang-buang uang
- Tipe orang yang ingin semua baju di lemarinya tidak membuat dia terlihat lusuh dan sakit
- Tipe orang yang ingin bikin capsule wardrobe yang gampang mix and match walau dengan sedikit baju dan tidak membosankan, hanya warna-warna netral seperti hitam, putih, abu, dan krem
- Tipe orang yang pengen belajar warna aja, toh seenggaknya kita jadi tau warna mana yang bikin keliatan sakit, mana yang bikin cerah dan mana yang ga ngefek apa-apa, atau juga bisa untuk tahu harmonisasi warna secara umum
Jika ada yang merasa terpanggil dengan ciri-ciri di atas, seasonal color analysis ini akan sangat membantu!
Lanjut.
Pernah ga baca buku fiksi bahasa Inggris dan nemu kata-kata “coloring” dengan konteks seperti “she dresses so well for her coloring”, “this is my color”, atau juga “this color does nothing for me” yang artinya “warna ini jelek untukku”. Salah satu yang pernah aku lihat juga bagaimana warna mata bisa terlihat lebih menonjol jika kita menggunakan baju warna tertentu. Contoh sederhananya bisa dilihat di bawah, di mana warna kotak yang lebih kecil semuanya adalah warna yang sama, namun ada yang terlihat harmonis dan yang tidak karena warna yang mengelilinginya berasal dari rumpun warna yang berbeda. Bahkan ada warna yang terlihat berbeda.
Hal di atas juga sejalan dengan contrast effect yaitu di bagian simultaneous contrast. Sampai sekarang masih ada debat apakah efek kontras ini adalah bagian dari proses fisiologis (karena pemrosesan di otak) atau psikologis.
Berpijak dari color theory yang sudah dijelaskan di atas, banyak pihak membuat sistem warnanya tersendiri. Biasanya, sistem warna ini diberi nama sesuai nama musim (season), seperti Spring (musim semi), Summer (musim panas), Autumn (musim gugur), dan Winter (musim dingin). Kenapa dinamain pake season? Kalo dari Color Me Beautiful, the OG color analysis book in the 1980s: “We could call your coloring ‘Type A,’, ‘Type B,’ and so on, but comparison with the seasons provides a more poetic way to describe your coloring and your best colors.” Ternyata selain alasan kita sudah punya mental image sesuai dengan musim tersebut (spring = segar, summer = pucat, autumn = earthy, winter = kontras tinggi), juga karena alasan puitis 😀
TLDR-nya, warna kulit kamu akan terlihat harmonis dengan warna yang serumpun/semusim. Lalu bagaimana cara menentukan warna yang harmonis dengan kulit? Pada dasarnya, untuk mengetahui warna yang harmonis dengan kulit adalah melakukan draping alias membandingkan efek warna dari kain kepada kulit kita. Warna yang harmonis (or your best colors) akan membuat wajah kita terlihat sehat dan cerah. Sementara warna yang kurang cocok untuk kita akan membuat kita terlihat sakit, pucat, kekurangan di kulit terlihat menonjol, atau yang biasa color analyst Barat bilang “people look at the color, not you“. Namun, ada banyak cara untuk mengkategorisasi warna yang harmonis dengan kulit. Berikut beberapa sistem warna yang aku tahu. Perlu diingat ada banyak institusi yang membuat sistemnya tersendiri namun sebetulnya bedanya tipis selama jumlah subseason/sifat warna yang menjadi faktor sama. Yuk kita bahas.
Berbagai sistem warna
4 Seasons – Color Me Beautiful (1980)
The og personal color yang masih white centrist: rambut hitam adalah winter, blonde itu summer atau spring, brunette di autumn. Jenis rumpun warna/musim juga simpel, hanya ada 4. Karena masih white centrist, biasanya PoC (person of color, termasuk kita-kita), dikategorikan ke Winter. Color draping dengan framework ini sempet hype di tahun 1980an. Makanya, kalau lihat reels color analyst Barat, suka ada ibu-ibu bule yang komentar “oh my god we’re back to the 80s” 😀
Pembagiannya adalah dari dimensi hue (warm-cool) dan saturation (bright-muted):
- Warm, bright: spring
- Cool, muted: summer
- Warm, muted: autumn
- Cool, bright: winter
Berikut beberapa cuplikan halaman buku Color Me Beautiful yang kubeli bekas dari Amazon 😀 Jika dibandingkan dengan teori yang sudah berkembang, terlihat sangat simplistik. Walau memang white centrist, ini merupakan dasar dari banyak sistem warna yang ada saat ini.
12 Subseasons
Setelah 4 seasons ternyata terlalu “luas” dan banyak yang merasa salah dengan seasonnya, True Colour International membuat sistem dengan 12 subseasons. Di sini ada tambahan yaitu neutral undertones dan value (light-dark). Contoh warnanya bisa dilihat di grafik warna ungu di atas.
Kebanyakan color analyst Barat sudah menggunakan framework ini, beberapa di antaranya adalah Created Colorful, The Color Key, Curate Your Style, Shop Color Book, Color Guru.
Sistem ini lebih inklusif untuk PoC dibandingkan 4 seasons. Menurut keterangan Lindsey dari Created Colorful di salah satu Instagram story-nya, PoC ada di hampir semua season kecuali Light Spring dan Light Summer yang membutuhkan low-contrast colors, jadi biasanya memang untuk orang-orang blonde dan berkulit pucat yang memang low-contrast. Di halaman Instagramnya sendiri sudah banyak contoh-contoh PoC dari berbagai musim.
16 Subseasons
Setelah 12 subseasons, ternyata ada sistem warna dengan 16 subseasons. Sistem ini membagi warna menjadi 4 jenis: pure, tint (pure + putih), tone (pure + abu), shade (pure + hitam).
Biasanya, nama-nama musim di sistem ini akan mengikuti sifat warnanya seperti Pure Summer, Tinted Autumn, Toned Winter, dan Shaded Spring. Namun juga ada color consultant seperti House of Color yang memiliki terminologi tersendiri (sumber: https://www.kettlewellcolours.co.uk/blog/jo/the-seasonal-sub-types-which-one-are-you)
Sejujurnya aku ga banyak tahu tentang sistem ini, namun sepertinya ini lebih detail dibanding 12 subseasons ya 😀
Japan/Korean Method – Practical Color Coordinate System
Hah? Masih ada lagi?? Iya betul teman-teman.. Jadi sistem warna di Barat tersebut akhirnya nyampe ke Jepang dan kemudian Korea lalu mulai tersebar ke Indonesia. Tapi sepertinya Korea berhasil memasarkan ini sedemikiran rupa sehingga sudah terkenal sebagai Korean Color Analysis 😀
FYI, di Jepang sendiri sudah banyak promosi baju-baju berdasarkan musim, bahkan termasuk Uniqlo. Memang pada akhirnya disimplifikasi menjadi 4 seasons (karena kalo 16 susah ya hahah) namun fenomena ini sangat menarik. Di bawah ini adalah contoh dari United Arrow.
Kemudian, di Jepang, toko-toko kosmetik sudah mulai memisahkan lipstik menjadi ブルベ (Burube dari blue-based/cool) dan イエベ (Iebe dari yellow-based/warma). Di sini terlihat ブルベさんオススメ! (Burubesan osusume – direkomendasikan untuk orang-orang blue-based!) begitu pula untuk warna yellow-based.
Setelah mencari tahu, ternyata memang sistem warna yang digunakan berasal dari Jepang sendiri yaitu Practical Color Coordinate System yang dikembangkan Japan Color Research Institute. Hal paling utama yang membedakan adalah sistem ini tidak melihat warna mata dan warna rambut. Sistem ini benar-benar melihat efek warna ke kulit, seperti membuat lebih cerah, menyamarkan blemish di wajah, atau bahkan membuat bayangan. Lalu berikut penjelasan tentang beberapa perbedaan sistem PCCS dengan Barat dalam bahasa Indonesia yang disadur dari postingan Reddit yang disadur dari blog post berbahasa Korea mengenai sistem ini:
- Warna kulit, mata, dan rambut tidak penting. Dibanding sistem Barat yang menentukan warna kulit kamu termasuk rumpun/season warna apa, versi Korea ini mencari rumpun warna apa yang paling cocok dengan kulitmu. Walaupun warna mata dan rambut natural biasanya paling cocok untuk seseorang, namun ada beberapa orang yang warna naturalnya bukan their best colors.
- Warna pembuluh nadi, aksesoris emas/perak, make up, dan tan tidak bisa menentukan personal color.
- Hue (warm/cool) tidak sepenting Brightness, Saturation, dan Dullness.
- Hasil akan subjektif karena opini “warna ini cocok/flattering untukmu” akan berbeda-beda untuk tiap analis warna.
- Analisis tidak bisa dilakukan online
Diagram di bawah adalah visualisasi pemetaan warna versi PCCS, yang bisa dilihat di sini juga:
Terminologi mereka juga berbeda. Di mana biasanya terminologinya adalah bahasa Inggris dengan pola Deep Autumn, Light Summer, dsb, namun di PCCS / Korean System ini jadi Autumn Deep, Summer Clear, Summer Light, dsb. Sebagai pemerhati bahasa, jadinya agak gemes 😀 Namun siapa tau memang yang lebih utamanya adalah Deep/Clear/Light tersebut dan bukannya seasons. Selain itu, biasanya mereka memberikan beberapa warna yang merupakan best color (tidak hanya 1 season). Sayangnya, tidak banyak sumber berbahasa Inggris mengenai PCCS ini sehingga aku ga bisa menulis lebih banyak.
Menentukan personal color
Lalu gimana sih cara nentuin personal color? Seperti yang telah ditulis di atas, kita harus melakukan draping. Karena pada dasarnya draping adalah melihat efek warna kepada kulit, maka draping bisa dilakukan pakai kain maupun pakai tools digital. Ada beberapa cara yang aku tahu, namun benang merahnya adalah dengan draping yang membuat wajah cerah, sehat, dan terlihat harmonis dengan warna tersebut, akan ketahuan kulitmu termasuk rumpun warna apa, yang biasanya dilihat dari undertone (warm-cool), value (light-dark), dan brightness (bright-soft). Berikut pros dan cons dari beberapa metode yang aku tahu:
Metode | Penjelasan | Pros | Cons |
Quiz | Menjawab pertanyaan seperti apa warna kulit, mata, bibir, dan kulit. Kadang termasuk menjawab apa warna nadi di pergelangan tangan | – Gampang dilakukan – Biayanya murah, biasanya gratis | – Akurasi rendah karena pertanyaan juga tidak terstandar (hint: warna nadi tidak ada hubungannya dengan undertone kulit – Biasanya hanya berlaku untuk sistem 4 seasons |
Filter aplikasi | Melakukan selfie dengan filter warna-warna sesuai season | – Gampang dilakukan – Biayanya murah, biasanya gratis – Ada filter untuk sistem 12 seasons | – Akurasi rendah karena bisa jadi kita bias terhadap warna yang kita sukai/benci – Karena melakukan sendiri, kita tidak tahu apa yang kita cari dalam melihat efek warna terhadap kulit kita, kecuali sudah tahu teori warna dan/atau melakukan sertifikasi |
Self-draping | Melakukan draping menggunakan kain bermacam warna untuk melihat efek warna kain terhadap kulit secara mandiri. Bisa juga dengan meminta saran non-profesional/personal color enthusiast dengan mengirim selfie ke Reddit r/coloranalysis | – Biaya murah, bisa gratis jika punya semua warna kain | – Akurasi medium tergantung jumlah warna drape yang dimiliki dan siapa yang memberi penilaian – Jika melakukan sendiri, harus memastikan kita sudah memiliki pengetahuan teori warna dan efeknya ke kulit |
In-person analysis | Melakukan draping bersama color analyst profesional di workshop tersendiri | – Akurasi lebih tinggi jika ke analis warna berpengalaman – Bisa melihat secara langsung efek warna kepada kulit | – Harus booking dan bisa jadi sudah ter-book hingga berbulan-bulan – Harga mahal (biasanya di atas Rp1 juta) – Analis harus memutuskan warna yang cocok pada saat sesi, padahal mungkin sekali jika kulit tersebut susah dianalisis (misalnya karena perbedaannya cukup tidak kentara). Hal tersebut akan menyebabkan hasil analisis menjadi salah |
Online analysis – draping | Melakukan dengan draping berbagai warna dan dianalisis secara online menggunakan tools analisis warna | – Akurasi lebih tinggi jika ke analis warna berpengalaman – Bisa melihat secara langsung efek warna kepada kulit – Di beberapa analis, mereka membuat satu email panjang mengenai our best colors. Karena bentuknya tulisan dan gambar, kita bisa membaca ulang jika dibutuhkan. Contohnya adalah Created Colorful dan The Color Key. – Analis memiliki waktu lebih banyak untuk memutuskan warna mana yang sesuai | – Harga mahal (biasanya di atas Rp1 juta) – Harus punya banyak warna drape agar makin akurat – Tidak bisa melihat secara langsung efek warna kepada kulit (namun di beberapa analis bisa diberikan contoh jika membandingkan musim lain dan musim kita menggunakan digital tools) |
Dengan banyaknya metode dan sistem analisis warna, mana yang sebaiknya kita pilih? Menurutku, pilih saja satu metode yang kamu percaya and go with it. Karena pada akhirnya kamu akan nyaman dengan warna yang kamu nyaman, apapun hasil dari analis warna. Namun, dari pengalaman, color analyst bener-bener ngebantu untuk menyadarkan bahwa aku bukan warm (baca lebih lengkapnya di bawah). Bisa aja sih kita drape sendiri dengan warna-warna berikut, selama kamu paham teori warna dan apa yang dicari dari self-drape:
- Warm vs cool: orange vs pink, warm brown vs cool grey, warna yellow-based vs blue-based, gold vs silver
- Value: light colors vs dark colors
- Brightness: pastel/soft colors vs bright colors
Pengalamanku
Aku sendiri sudah melakukan color analysis secara online lewat The Color Key. Kenapa online? Sebetulnya karena waktu itu aku sedang ada di Jepang dan sulit menemukan color analyst yang berbahasa Inggris wkwk. Apalagi aku bukan di Tokyo atau Osaka, di mana populasi yang bisa berbahasa Inggrisnya lebih banyak. Padahal, saat itu Jepang lagi mulai banget tren color analysis.
Secara pengalaman, hasilnya cukup akurat. Dari foto selfie dengan kain berbagai warna, I was typed as a Deep Winter dengan warnanya yang deep (gelap), cool (blue-based), dan rich (ada di tengah-tengah antara warna pucat dan ngejreng)! Cukup kaget karena kukira selama ini, dengan kulitku yang kekuningan, aku warm. Ternyata tidak! Padahal aku sudah siap-siap berpisah dari warna hitam. Eh, ternyata black is still my friend since I am a winter. Di hasilnya yang berupa web page berisi hasil analisis detail sepanjang lebih dari 10 halaman, aku diperlihatkan perbandingan warna dengan menggunakan drape digital deep winter vs yang lebih pucat. Contoh hasil analisis di bawah adalah di mana kerudung peach (warm, kemungkinan masuk soft autumn) membuat kantong mataku terlihat lebih besar, kulit tidak mulus, warna bibir pun tidak sehat dibandingkan dengan deep blue yang masuk ke deep winter.
Memang pada awalnya aku skeptis dengan hasil tersebut karena kalau kita selfie dengan warna kain gelap, pasti wajah kita akan lebih cerah. Setelah melihat hasil orang-orang lain di mana warna gelap akan membuat warna mendominasi kulit wajah, barulah rasa skeptis itu perlahan hilang. Selama beberapa minggu setelah menerima hasil, aku sering datang ke toko baju bekas untuk coba-coba draping hahaha. Lalu karena aku berhijab, bisa langsung kelihatan efeknya. Ketika bercermin, terlihat bahwa warna rich (dan bukan warna pastel) membuat wajahku lebih terlihat fokus, harmonis dengan warna hijabnya, dan sehat.
Sebetulnya masih penasaran dengan in-person analysis apalagi di Indo sudah mulai banyak. Namun untung saja harganya mahal ya, jadi ya ga jadi deh 😀
Ketubiran
Di setiap topik, pasti ada aja diskursus. Tidak terkecuali di personal color analysis yang seems harmless ini. Ketubiran apa aja yang pernah kutemui, terutama di komen post instagram?
- Tidak percaya dengan color analysis karena tidak melihat bedanya ataupun skeptis dengan background foto/video yang berganti seiring dengan pergantian warna kain drape. Hal tersebut sebetulnya karena white balance kamera menyesuaikan. Seperti yang Lindsey dari Created Colorful tulis di reels, our eyes works the same way as camera.
- Orang-orang berambut pirang (blonde) tidak akan mungkin termasuk sebagai winter karena lack of contrast. Ini sih sebetulnya memang karena sistem warna yang dipakai berbeda 😀
- Orang-orang berambut merah (redhead) tidak mungkin ada di fully cool seasons (cool summer/cool winter). Kalo ini juga menurutku karena sistem berbeda dan subjektif melihat warna merah sebagai cool atau warm.
- Online vs in-person. Konsultan Korea dan House of Color biasanya hanya menerima analisis in-person. Kalo ini, seharusnya sudah aku tulis di atas pros consnya. Intinya, pada akhirnya pilihlah analis yang kamu percaya.
- Personal color analysis ini menentang konsep feminisme. Ini baru aku denger sih, dan aku juga ga cari tahu lebih jauh. Personally ga setuju karena ku berpikir ini harmless dan justru liberating myself from buying wrong colors. Yah memang perspektif freedom ini kadang beda-beda tiap orang hehe.
- Personal color analysis ini self-limiting. Lagi-lagi tergantung kamu melihatnya dari mana. Sebagai orang yang udah ga perlu bingung-bingung galau kalau mau beli baju atau make up karena takut salah warna dan takut ga kepake, jelas ini self-limiting yang kuperlukan.
TLDR
Belajar warna emang seru banget. Nah, masih perlu ga sih kita melakukan personal color analysis? Ada beberapa pertanyaan yang bisa kamu jawab supaya ga bingung:
- Jika kamu memiliki anggaran:
- Apakah kamu benar-benar pengen tahu warna kamu? Jika ya, go for itu. Lumayan banget investasi agar tidak salah warna lagi
- Jika tidak ada anggaran:
- Apakah kamu hanya ingin membuat capsule wardrobe yang tidak membosankan dan hanya berisi warna netral? Jika ya, maka pelajarilah teori warna dan pilih salah satu season, karena warna yang berada di season yang sama akan saling harmonis satu sama lain
- Apakah kamu benar-benar ingin tahu warna kamu? Belajar teori warna dan lakukan self-drape atau tanya ke forum r/coloranalysis di Reddit
That’s all folks! Akhirnya hampir semua yang ada di kepalaku tentang color analysis sudah tertulis. Feel free kalau mau ajak aku diskusi terkait ini. See you!